Begitu jelas nyata adanya mismanajemen pendidikan
secara makro di Indonesia. Pendidikan yang tidak jelas ini, mau
dikemanakan anak-anak usia pendidikan dasar ini ke depan?. Dengan
“selalu” berganti-ganti kurikulum mengakibatkan semakin buruknya tata
kelola pendidikan ini dan visinya. Sungguh sangat terasa carut marut
pendidikan ini dirasakan oleh pelaku pendidikan di tingkat bawah atau
satuan pendidikan. Sekolah yang didominasi dengan sekolah negeri ini
seharusnya menjadi barometer suksesnya proses pendidikan. Dan proses itu
dapat dituai setelah 25 tahun ke depan. Kita bisa lihat, apa yang
terjadi di kanan kiri kita, banyak sekali anak-anak usia sekolah dasar
sampai setingkat Sekolah menengah semakin terkooptasi dengan “makhluk
baru” masa kini yaitu gadjet, Ipad, BB dan sejenisnya yang mana mereka
belum siap mengkanter dan mengelola dengan baik nilai manfaat dan
madharatnya. Yang ada adalah bahwa anak-anak usia dini sedang menikmati
pengaruh negatif terkena gelombang negatif tekhnologi mutakhir saat ini.
dengan mendownload gambar-gambar tidak senonoh, memposting gambar
fullgar dan sejenisnya. Hal ini berdampak pada perkembangan emosional,
psikologis dan masa remajanya yang menjadikan ia terlalu dini berpikir
usia-usia masa orang dewasa. Belum lagi, persoalan narkoba yang sudah
merambah kepada anak-anak usia sekolah dasar (SD dan SMP) ini semua
adalah hasil/output atau produk dari proses pendidikan dalam waktu 20
tahun yang lalu. Anak-anak sekarang mengapa malas dan ogah-ogahan masuk
sekolah karena sudah enjoy dengan kondisi real didepannya, dibarengi
dengan kurang minatnya bersekolah dan bertemu dengan “guru A” semakin
menambah deretan panjang persoalan pendidikan di Indonesia.
Sebenarnya yang menjadi pangkal persoalan pendidikan
itu apa dan siapa? menurut saya, yang menjadi pangkal persoalannya
adalah materi dan pelaku/gurunya. Begitu banyak materi seakan anak-anak
terjejali dengan materi sehingga kapasitas memori otaknya seakan
terbatas dan menolak untuk menerimanya. Yang kedua adalah persoal guru
yang bermacam-macam jenis yang dominasinya adalah tidak menarik dalam
memberikan materi di depan siswa-siswinya. Seharusnya guru dibekali
dengan berbagai metode dan gaya mengajar yang menarik. Bukan sekedar
menguasai materi. tetapi dibutuhkan dengan kreatifitas dan inovasi. Nah,
kreatifitas, inovasi, berbagai gaya dan metode mengajar dibutuhkan
training yang tepat dan efektif dan butuh waktu yang cukup lama.
Disamping pemahaman tentang materi psikologi perkembangan. Saya optimis
ke depan pemerintah berpikir dan menindaklanjuti tentang berbagai
kekurangan guru dan menutup celah-celah kekuarangannya agar pendidikan
di Indonesia selangkah lebih maju dengan negara tetangga kita.
(sumber:https://akhmadsudrajat.wordpress.com/diskusi-dan-opini-anda)