Senin, 22 Juni 2015

Apa Kabar Pendidikan Indonesia?

Begitu jelas nyata adanya mismanajemen pendidikan secara makro di Indonesia. Pendidikan yang tidak jelas ini, mau dikemanakan anak-anak usia pendidikan dasar ini ke depan?. Dengan “selalu” berganti-ganti kurikulum mengakibatkan semakin buruknya tata kelola pendidikan ini dan visinya. Sungguh sangat terasa carut marut pendidikan ini dirasakan oleh pelaku pendidikan di tingkat bawah atau satuan pendidikan. Sekolah yang didominasi dengan sekolah negeri ini seharusnya menjadi barometer suksesnya proses pendidikan. Dan proses itu dapat dituai setelah 25 tahun ke depan. Kita bisa lihat, apa yang terjadi di kanan kiri kita, banyak sekali anak-anak usia sekolah dasar sampai setingkat Sekolah menengah semakin terkooptasi dengan “makhluk baru” masa kini yaitu gadjet, Ipad, BB dan sejenisnya yang mana mereka belum siap mengkanter dan mengelola dengan baik nilai manfaat dan madharatnya. Yang ada adalah bahwa anak-anak usia dini sedang menikmati pengaruh negatif terkena gelombang negatif tekhnologi mutakhir saat ini. dengan mendownload gambar-gambar tidak senonoh, memposting gambar fullgar dan sejenisnya. Hal ini berdampak pada perkembangan emosional, psikologis dan masa remajanya yang menjadikan ia terlalu dini berpikir usia-usia masa orang dewasa. Belum lagi, persoalan narkoba yang sudah merambah kepada anak-anak usia sekolah dasar (SD dan SMP) ini semua adalah hasil/output atau produk dari proses pendidikan dalam waktu 20 tahun yang lalu. Anak-anak sekarang mengapa malas dan ogah-ogahan masuk sekolah karena sudah enjoy dengan kondisi real didepannya, dibarengi dengan kurang minatnya bersekolah dan bertemu dengan “guru A” semakin menambah deretan panjang persoalan pendidikan di Indonesia.
Sebenarnya yang menjadi pangkal persoalan pendidikan itu apa dan siapa? menurut saya, yang menjadi pangkal persoalannya adalah materi dan pelaku/gurunya. Begitu banyak materi seakan anak-anak terjejali dengan materi sehingga kapasitas memori otaknya seakan terbatas dan menolak untuk menerimanya. Yang kedua adalah persoal guru yang bermacam-macam jenis yang dominasinya adalah tidak menarik dalam memberikan materi di depan siswa-siswinya. Seharusnya guru dibekali dengan berbagai metode dan gaya mengajar yang menarik. Bukan sekedar menguasai materi. tetapi dibutuhkan dengan kreatifitas dan inovasi. Nah, kreatifitas, inovasi, berbagai gaya dan metode mengajar dibutuhkan training yang tepat dan efektif dan butuh waktu yang cukup lama. Disamping pemahaman tentang materi psikologi perkembangan. Saya optimis ke depan pemerintah berpikir dan menindaklanjuti tentang berbagai kekurangan guru dan menutup celah-celah kekuarangannya agar pendidikan di Indonesia selangkah lebih maju dengan negara tetangga kita.

(sumber:https://akhmadsudrajat.wordpress.com/diskusi-dan-opini-anda)

0 komentar:

Posting Komentar