Jumat, 19 Juni 2015

Analisis Buku Hadis MI

HADITS TENTANG KEUTAMAAN MEMBERI


Standar Kompetensi
 Memahami hadist tentang keutamaan memberi
Kompetensi Dasar
1.1 Menerjemahkan hadist tentang keutamaan memberi.
2.1 Menjelaskan hadist tentang keutamaan memberi secara sederhana.
Tujuan Pembelajaran
1.      Mampu melafazkan hadist tentang keutamaan memberi dengan benar dan fasih.
2.      Mampu menghafalkan hadist tentang keutamaan memberi secara benar dan fasih.
3.      Mampu mengenal arti mufradat hadist tentang keutamaan memberi dengan benar.
4.      Mampu menulis terjemah hadist tentang keutamaan memberi, serta
Mampu menjelaskan isi kandungan hadist tentang keutamaan memberi.

A.    Identitas Buku
Judul                     :  Al-Qur’an Hadis
Pengarang             : M.As’ad Bashori dan Musthofa
Penerbit                 : Media Ilmu
Tahun Terbit          : 2010
Halaman                : 96 halaman (viii, 88)

B.     Lafaz Hadis tentang Keutamaan Memberi
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَذْكُرُ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ عَنْ الْمَسْأَلَةِ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَالْيَدُ الْعُلْيَا الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى السَّائِلَةُ
Artinya:
Dari Ibnu Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Tangan di atas adalah orang yang member (pemberi). Tangan dibawah ialah orang meminta. Hadist riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.

C.    Penjelasan Hadis tentang Keutamaan Memberi
Tangan di atas adalah lambing orang yang memberi. Dan tangan yang dibawah ialah lambang orang yang suka meminta-minta. Bentuk pemberian dapat diwujudkan berupa sedekah, infak, hadiah, ataupun sumbangan lainnya yang bermanfaat bagi kaum dhuafa atau orang yang lemah perekonomiannya.

Islam menganjurkan agar umatnya untuk berlomba-lomba dalam berbuat amal sholeh, menempatkan orang-orang yang dermawan lebih mulia dari pada orang yang meminta-minta yang menggantungkan nasibnya kepada orang lain. Kemuliaan mereka selalu dicintai oleh Allah, disayang oleh hamba-Nya, didambakan oleh surga, dan diselamatkan dari siksa api neraka.
Hadist yang menggambarkan kondisi social hamba Allah, dituliskan dengan tangan diatas sebagai lambang orang yang member atau orang yang dermawan dan tangan dibawah lambang orang yang meminta-minta atau pengemis.
Agama Islam mendidik pengikutnya agar mempunyai etos kerja, sehingga dapat menjadi orang yang menyantuni yang lemah atau fakir miskin. Islam melarang bermalas-malasan yang berakibat negatif. Menjadi beban masyarakat, selalu menadahkan tangannya dengan menanti uluran tangan orang lain.

D.    Kandungan Hadis tentang Keutamaan Memberi
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan kandungan hadis sebagai berikut:
1.      Rasulullah saw. Menganjurkan umat Islam menjadi orang yang dermawan, senang menolong, dan menyantuni orang lain.
2.      Derajat orang yang dermawan lebih mulia dari pada orang yang meminta-minta.

E.     Analisis Buku dan LKS Hadis MI
a.    Isi
Dari konten isi, buku dan LKS ini sangat cocok untuk anak MI kelas 6 yang rata-rata memiliki usia 12 tahun. Isi dari hadis itu merujuk pada pentingnya memberi kepada sesama. Sehingga diharapkan peserta didik dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b.   Metode
Metode yang dipakai dalam menyampaikan materi adalah guru melafazkan dengan tartil per ayat kemudian ditirukan oleh peserta didik. Begitu seterusnya hingga selesai sampai dengan ayat terakhir.
Metode yang digunakan dalam menerjemahkan hadis yakni juga melalui bimbingan guru. Peserta didik menghafalkan setiap mufrodat, kemudian dihafalkan ayat per ayat.
c.    Aplikasi
Pada buku dan LKS ini dicantumkan juga refleksi pembelajaran, sehingga diharapkan hadis dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Evaluasi
Evaluasi hadis keutamaan memberi dilakukan dengan menyalin dan hafalan. Menyalin dilakukan dengan menulis kembali hadis keutamaan memberi dengan baik dan dilengkapi dengan syakalnya. Hafalan dilakukan dengan cara peserta didik membacanya berulang-ulang. Untuk penilaian hafalan, hadis dipotong menjadi per ayat, setiap ayat memiliki bobot skor 1-3. Karena hadis tersebut jika dipotong menjadi tujuh ayat, maka skor maksimal akan diperoleh 21.

0 komentar:

Posting Komentar